Saturday, December 7, 2013

PSK di Bawah Umur Ikut Layani Pekerja Bangunan Stadion Piala Dunia

 
Seorang PSK di bawah umur di Brasil (Mirror Football)
 
Proses pembangunan dan renovasi stadion Piala Dunia 2014 di Brasil ternyata menyimpan sisi gelap. Di tengah hiruk pikuk pengerjaan stadion yang memakan biaya ratusan juta dollar, bisnis prostitusi menjamur seperti di musim hujan.

Pekerja Seks Komersial (PSK) memanfaatkan pembangunan stadion sebagai 'arena' mencari nafkah. Mereka menjajakan diri kepada pekerja bangunan stadion. Tidak hanya PSK dewasa, wanita di belasan tahun terjun mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

PSK memanfaatkan jam makan siang untuk menjual tubuh kepada pekerja dengan tarif 2.60 sampai 4 pound untuk sekali kencan. Para PSK memanfaatkan gubuk-gubuk kumuh di sekitar stadion sebagai tempat berbuat mesum. Tidak jarang, pria hidung belang mengajak pelacur ke kamar masing-masing.

Tingginya angka kemiskinan di Brasil membuat wanita di bawah umur tidak memiliki pilihan menyambung hidup dengan cara menjual diri. Ironisnya, wanita yang tinggal kawasan kumuh, Favela da Paz dipaksa melacur oleh kelompok tertentu. Jarak berdekatan antara stadion Sao Paulo dimanfaatkan kelompok tersebut mencari keuntungan.
Bangunan kumuh sebagai tempat prostitusi  
Bangunan kumuh sebagai tempat prostitusi

Dari pengusutan Sunday Mirror, PSK berusia 14 tahun bernama Poliana ikut mengais rezeki dari pembangunan stadion Sao Paulo. Wanita tersebut mengaku baru menggeluti profesi ini sejak tiga bulan lalu. Awalnya, dia mengikuti teman sebayanya mencari uang melalui cara jalan pintas. Polina menjelaskan, setidaknya terdapat 300 pekerja bangunan stadion Sao Paulo. Dalam sehari, Polina biasanya melayani 15 pekerja.

"Saya tergoda ikut menjual diri setelah teman saya lebih dulu bekerja di bisnis ini dan ada orang yang meminta saya untuk melakukannya," ungkapnya. Polina mengatakan, hampir semua klien pekerja bagunan stadion.

"Mereka memang membayar, tapi terkadang tidak memperlakukan saya dengan baik," lanjutnya.

Desakan ekonomi menjadi motif utama Polina memilih profesi ini. Dia sudah putus asa mencari uang setelah kedua orang tuanya meninggal. "Ketika Ibu saya meninggal, saya merasa sangat kehilangan. Lalu, saya keluar malam. Saya sudah tidak tahu cara mencari uang untuk makan dan membayar sewa rumah," cerita Polina. Dua pekan silam, Polina baru mengetahui dirinya tengah berbadan dua.

Menurut dia, banyak PSK  lebih muda darinya berusia antara 11 hingga 12 tahun. Jumlahnya bisa terus meningkat jelang Piala Dunia. Terlebih  banyak turis asing yang akan datang ke Brasil pada pertengahan tahun nanti.

"Saya yakin bisa mendapatkan penghasilan lebih banyak dari penggemar sepakbola. Untuk berkencan dengan orang asing saya akan menetapkan tarif yang lebih tinggi," paparnya.
Anggota Dewan Kota setempat pun tampaknya tidak bisa berbuat banyak untuk menekan angka prostitusi di bawah umur. Menurut salah seorang Anggota Dewan Kota, Laercio Benco, pihaknya kewalahan menerima laporan masyarakat yang mengeluhkan maraknya prostitusi wanita di bawah umur sebelum Piala Dunia.

"Sejak membuka layanan pengaduan sembilan bulan lalu, telepon kami tidak pernah berhenti berdering," katanya. "Sao Paulo tidak terorganisir untuk mencegah eksploitasi seksual anak di bawah umur, tidak hanya menjelang acara besar seperti Piala Dunia 2014, kasus ini sudah sering terjadi," jelasnya.

Benco mengakui, pihaknya kesulitan memberantas prostitusi anak di bawah umur karena banyak muatan unsur politisnya. "Ini masalah serius yang menuntut tanggapan dari semua pihak, tapi saya takut karena kurangnya kemauan politik untuk mengentaskan kasus ini." 
 
sumber:http://bola.viva.co.id/

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls